Search

Kediri Lagi Keren Bro, Petani Kembangan Bobang Semen Pakai Teknologi Solar Cell Tangkal Serangan Hama

Kediri Lagi Keren Bro, Petani Kembangan Bobang Semen Pakai Teknologi Solar Cell Tangkal Serangan Hama

Petani di Dusun Kembangan Desa Bobang Kecamatan Semen Kabupaten Kediri memanfaatkan kemampuan teknologi dalam menghadapi potensi serangan hama di lingkungannya, Selasa (2/6/2020). Foto : A Rudy Hertanto

Penerapan teknologi tersebut berupa penggunaan lampu solar cell bersumber tenaga sinar matahari yang dibuat secara swadaya dan telah diawali sekaligus uji coba di lahan pertanian setempat sejak Maret kemarin oleh pengurus dua kelompok tani (poktan) Sri Sedono dan Margomulyo.

Mohamad Sholeh Nugroho, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Semen, Dinas Pertanian Kabupaten Kediri mengungkapkan, alat perangkap hama tenaga surya ini tujuannya untuk mencegah atau mengendalikan populasi hama terutama serangga.

Serangga itu ketika ada cahaya terutama ultraviolet dia akan tertarik datang, dalam alat itu ada lampu yang di bawahnya telah disediakan air bercampur deterjen, cahaya akan terpancar dan melewati air kemudian serangga akan masuk dan tenggelam di air deterjen sampai akhirnya mati.

“Dengan menggunakan alat ini serangga itu satu ekor serangga, sepasang itu dia bisa bertelur 200-300 telur, nanti kalau menetas kan banyak sekali, kalau itu mati satu pasang atau satu ekor, sudah menyelamatkan berapa ratus tanaman dari serangan hama itu,” kata Sholeh memaparkan manfaat penggunaan solar cell di sektor pertanian.

“Otomatis kita tidak perlu menggunakan pestisida, jadi kita bisa menekan racun pada tanaman dan juga pada manusia, jadi tanaman kita sehat tapi kita mengurangi penggunaan pestisida sehingga ramah lingkungan,” tuturnya.

Dijelaskan Sholeh, “Jangka panjang populasi hama itu akan berkurang, karena kalau kita pakai pestisida yang disemprot itu biasanya kan larvanya ulatnya yang kelihatan itu disemprot, kalau ini induknya justru yang akan mati sehingga tidak akan bisa berkembang biak, lha nanti lambat laun populasi hama akan semakin menurun.”

Menurutnya, terkadang penyemprotan pestisida pada hama masih menyisakan sebagian yang bertahan hidup dan kemudian menjadi kebal yang selanjutnya menelurkan hama lain yang kebal pula terhadap pestisida, hal ini berbeda jika menggunakan metode solar cell, dimana energi (cahaya) matahari dimasukkan dalam baterai pada siang hari, secara otomatis menyala malam harinya, memudahkan petani untuk pengamatan bisa tiga sampai empat hari.

“Penempatannya di galengan atau pinggir sawah diusahakan ini untuk satu hektar sekitar sepuluh sampai dua belas alat untuk memagari itu, dan ini efeknya tetangga-tetangga yang sekitarnya juga akan terbantu karena biasanya hama kan tidak menyerang pada satu dua sawah tapi yang bisa dijangkau oleh lampu ini juga akan, apa namanya serangga akan masuk sehingga membantu tetangga sawah sebelahnya,” urai Sholeh.

Seperti disampaikan Sholeh, biaya pembuatan alat solar cell sekitar Rp. 150 ribu per unitnya, komponennya yakni solar cell 6 volt, batterai charger 3,7-4 volt, lampu led ungu (violet) dan bahan pendukung lainnya, hasilnya alat bisa bertahan 4-5 jam, sementara sensornya jadi satu dengan solar cell.

Berkaitan serangan, hama rata-rata muncul setelah matahari tenggelam antara jam 6-9 malam, dengan metode solar cell hampir 80% hama yang keluar bisa masuk, sejauh ini serangan hama yang banyak di wilayah setempat yaitu kaper atau ngengat, wereng coklat dan hama trips, teknologi solar cell bisa difungsikan untuk menangkal serangan hama pada lahan tanaman pangan serta holtikultura (sayuran). (A Rudy Hertanto)

INDEX